DIPRINT (Indo English Ver)
DIPRINT (Indo English Ver)
Teori mengajar berisi tentang petunjuk bagaimana mestinya mengajar siswa pada usia
tertentu, bila ia siap mengajar. Jadi pada teori mengajar terdapat prosedur dan tujuan
mengajar.
1. THORNDIKE THEORY
Teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga
Koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan
proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil
atau hukum yang dikemukakan Thorndike, yang mengakibatkan munculnya stimulus
respon ini, yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exsercise)
dan hukum akibat (law of effect).
This law explains how a student's readiness in carrying out an activity. A student
who has a tendency to act or do certain activities and then he is right to do these
activities, then his actions will give birth to satisfaction for himself.
From the characteristics above it can be concluded that a student will be more
successful in learning, if he is ready to carry out learning activities.
Dari ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa akan lebih berhasil
belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar.
Menyatakan bahwa jika hubungan stimulus respon sering terjadi akibatnya hubungan
akan semakin kuat. Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan,
maka makin lemahlah hubungan yang terjadi.
Hukum latihan pada dasarnya mengungkapkan bahwa stimulus dan respon memiliki
hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi, dan
makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersirfat
otomatis.
The fact shows that repetition that will have a positive impact is repetition of
regular frequency, the form of repetition is not boring and the activities are
presented in an interesting way.
As an example to teach concept mapping to students, the teacher tests whether
students have truly mastered the concept of mapping. For this reason, the
teacher asks whether all the relations he shows include mapping or not. If not,
students are asked to explain the reasons or reasons for the mapping criteria not
being met. Strengthening the concept in this way is done by repetition. But that
does not mean that repetition is done in the same form of statement and
information, but in the form of modified information, so students do not feel
bored.
Sebagai contoh untuk mengajarkan konsep pemetaan pada siswa, guru menguji
apakah siswa sudah benar-benar menguasai konsep pemetaan. Untuk itu guru
menanyakan apakah semua relasi yang diperlihatkannya itu termasuk pemetaan atau
tidak. Jika tidak, siswa diminta untuk menjelaskan alasan atau sebab-sebab kriteria
pemetaan tidak dipenuhi. Penguatan konsep lewat cara ini dilakukan dengan
pengulangan. Namun tidak berarti bahwa pengulangan dilakukan dengan bentuk
pernyataan dan informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang
dimodifikasi, sehingga siswa tidak merasa bosan.
3)Law of Effect. (Law of effect)
Thorndike argues that an action will have an effect on similar actions. This gives
an illustration that if an action done by a student gives rise to things that result
in him, the action is likely to be repeated. Conversely, every action that results in
disappointment or things that are not pleasant, tend to be avoided. Judging from
the characteristics of this law due to closer reward and punishment.
From the law of this effect it can be concluded that the satisfaction that is born
from the reward of the teacher will provide satisfaction from students, and tends
to try to do or improve what has been achieved. The teacher gives a natural smile
to the students' answers, will further strengthen the concepts embedded in
students. Say "Good", "Great", "You're very thorough", and such will be a gift
for students who will improve themselves in mastering the lesson. This stimulus
includes reinforcement. Instead the teacher must also be responsive to students'
wrong responses. If the student's mistake is left without the correct explanation
from the teacher, there is a possibility the student will assume it right and then
repeat it.
Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya
ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan dari siswa, dan cenderung untuk
berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu. Guru memberi
senyuman wajar terhadap jawaban siswa, akan semakin menguatkan konsep yang
tertanam pada diri siswa. Katakan “Bagus”, “Hebat”, “Kau sangat teliti”, dan
semacamnya akan merupakan hadiah bagi siswa yang kelak akan meningkatkan
dirinya dalam menguasai pelajaran. Stimulus ini termasuk reinforcement. Sebaliknya
guru juga harus tanggap terhadap respon siswa yang salah. Jika kekeliruan siswa
dibiarkan tanpa penjelasan yang benar dari guru, ada kemungkinan siswa akan
menganggap benar dan kemudian mengulanginya.
From the law of this effect it can be concluded that if there is a strong association
between questions and answers, then the material presented will be embedded
longer in students' memories. besides that the number of repetitions will greatly
determine the duration of the concept students remember. The more repetitions
done, the stronger the concept is embedded in students' memories.
Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa jika terdapat asosiasi yang kuat
antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan tertanam lebih lama
dalam ingatan siswa. selain itu banyaknya pengulangan akan sangat menentukan
lamanya konsep diingat siswa. Makin sering pengulangan dilakukan akan semakin
kuat konsep tertanam dalam ingatan siswa.
2. GAGNE THEORY
According to Gagne, in learning mathematics there are two objects that
can be obtained by students, namely the direct object and the indirect object.
Indirect objects include the ability to investigate and solve problems,
learn independently, be positive towards mathematics, and know how to learn.
While the direct object in the form of facts, skills, concepts, and rules.
B. TEORI GAGNE
Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa,
yaitu objek langsung dan objek tak langsung.
Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah,
belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya
belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.
Facts are mathematical objects that are left to accept them, such as
symbols of angular numbers, and other mathematical notations. Skills in the
form of the ability to provide answers accurately and quickly, for example doing
a fairly large number division with brackets, adding fractions, painting the axis
of a line segment. The concept of abstract ideas that allows us to group objects
into examples and non-examples. For example, the concepts of square, prime
number, set, and vector. Rules are the most abstract objects in the form of
properties or theorems.
Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan
sudut, dan notasi-notasi matematika lainnya. Keterampilan berupa kemampuan
memberikan jawaban dengan tepat dan cepat, misalnya melakukan pembagian
bilangan yang cukup besar dengan bagi kurung, menjumlahkan pecahan, melukis
sumbu sebuah ruas garis. Konsep ide abstrak yang memungkinkan kita dapat
mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Misalkan, konsep
bujursangkar, bilangan prima, himpunan, dan vektor. Aturan ialah objek paling
abstrak yang berupa sifat atau teorema.
According to Gagne, learning can be grouped into 8 types, namely learning cues,
stimulus responses, series of movements, verbal sequences, differentiating,
concept formation, rule formation, and problem solving. The eight types of
learning are sorted according to their difficulties from sign learning to learning
problem solving.
Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe, yaitu belajar isyarat,
stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan
konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Kedelapan tipe belajar itu
terurut menurut kesukarannya dari belajar isyarat sampai ke belajar pemecahan
masalah.
1) Belajar isyarat ialah belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada
niat atau spontanitas. Contohnya menyenangi atau menghindari pelajaran
karena akibat perilaku gurunya.
2) Stimulus-respon merupakan kondisi belajar yang ada niat diniati dan
responnya jasmaniah. Misalnya siswa meniru tulisan guru di papan tulis.
3) Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah, terurut dari dua kegiatan atau
lebih dalam rangka stimulus-respon.
4) Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih
dalam rangka stimulus-respon. Contohnya adalah mengemukakan pendapat,
menjawab pertanyaan guru secara lisan.
5) Belajar membedakan adalah belajar memisahmisah rangkaian yang bervariasi.
6) Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar
melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan
suatu kelompok.
7) Belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi karena lebih
kompleks dalam pembentukan aturan.
In solving a problem, there are usually five steps that must be done,
namely:
a. Present the problem in a clearer form;
b. State the problem in a more operational form;
c. Develop alternative hypotheses and work procedures
estimated good;
d. Testing hypotheses and doing work to get results;
e. Re-check the results obtained.
Dalam pemecahan masalah, biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan, yaitu :
diperkirakan baik;
Tema utama dalam kerangka teoritis Bruner adalah bahwa belajar adalah proses aktif
di mana peserta didik membangun ide atau konsep baru berdasarkan pengetahuan
mereka saat ini / masa lalu. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Bruner said that student learning will be more successful if the teaching process
is directed at concepts or structures that are interrelated between the concept
and structure.
The child's learning process goes through three stages: enactive, iconic, and
symbolic.
• Enabled: directly manipulate (manipulate) an object
• Iconic: activities carried out by children are related to mental, which is a
picture of the object, not directly manipulate the object.
• Symbolic: children manipulate certain symbols or symbols.
Bruner mengatakan bahwa siswa belajar akan lebih berhasil jika proses pengajarannya
diarahkan pada konsep atau struktur yang saling terkait antara konsep dan struktur
tersebut.
Proses belajar anak melalui tiga tahap: enaktif, ikonik, dan simbolik.
Bruner argues that learning involves three processes that take place almost
simultaneously. There are three cognitive processes that occur in learning,
namely:
a. the information stage, which is the initial stage for gaining new knowledge
or experience,
b. the stage of transformation, namely the stage of understanding, digesting
and analyzing new knowledge and being transformed in new forms that
may be useful for other things,
c. evaluation, which is to find out whether the results of the transformation
in the second stage were true or not.
3) Bruner's postulates
3.Dalil-dalil Bruner
Dalil penyusunan: cara belajar paling baik belajar konsep, dalil, dll, dalam
matematika dengan melakukan penyusunan representasinya.
Dalil notasi: permulaan suatu konsep disajikan supaya mempergunakan notasi
yang sesuai dengan perkembangan mental siswa.
Dalil pengkontrasan: diperlukan contoh-contoh yang banyak sehingga siswa
mampu mengetahui karakteristik konsep matematika.
Dalil pengaitan: agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, maka
harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan antara
topik dengan topik, antara cabang dengan cabang matematika lainnya.
DAFTAR PUSTAKA